Jujur, Ini Amat Sulit - Bagian 2
"Kalau boleh jujur, ini sangat sulit." ••••• Dipta dan Savira sampai juga di rumah Savira yang tak seberapa besar. Savira turun sembari menenteng kardus biru tua itu. "Bunda masih sakit, Sav?" tanya Dipta yang hanya dibalas anggukan kecil. Dipta tersenyum miring sembari menepuk puncak kepala Savira lembut. "Nanti kamu kerja di cafe atau minimarket?" tanya Dipta lagi. Savira menggeleng pelan. "Hari ini aku ambil libur. Mau merawat bunda dulu," ujarnya lemah. Dipta mengangguk maklum. "Kalau ada apa-apa, telpon aku. Anggap aku kakakmu, okay?" suruh Dipta. Savira mengangguk dan segera pamit memasuki rumahnya. Dipta langsung menaiki motornya dan pulang. "Maaf, Dip. Aku tahu kamu ingin lebih dari sekadar kakak. Hanya saja hatiku ini belum mau membuka untuk orang lain, walaupun dia sudah begitu dalam menyakitinya," gumam Savira setelah memasuki rumahnya. "Aku pulang, Bunda!" seru Savira mencoba terdengar riang. Tak ada sah...